Bank Indonesia (BI) memperkirakan angka inflasi pada tahun 2014 akan melebihi apa yang ditargetkan sebelumnya.
Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan, tingginya inflasi di akhir tahun tersebut lebih disebabkan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang rencananya akan dilakukan pada November 2014.
"Kalau
pemerintah naikin harga BBM, yang perkiraan inflasi 5,2 persen itu akan
naik jadi 9 persen. Kami perkirakan sampai akhir tahun 2014 inflasi 5,2
persen itu tidak termasuk penyesuaian kenaikan harga BBM," kata Agus di
Gedung Bank Indonesia, Kamis (30/10/2014).Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan, tingginya inflasi di akhir tahun tersebut lebih disebabkan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang rencananya akan dilakukan pada November 2014.
Meski begitu, Agus menilai tingginya angka inflasi tersebut bukan menjadi persoalan yang perlu dipusingkan mengingat Bank Indonesia bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan berkoordinasi dengan pemerintah untuk meredam lonjakan harga akibat inflasi tersebut.
Tidak hanya itu, kenaikan harga BBM bersubsidi itu dipandang sangat penting dalam menurunkan defisit anggaran negara yang sejak tahun 2011 selalu defisit.
"Defisit itu paling besar disebabkan oleh subsidi BBM yang melebihi Rp 300 triliun, itu sudah tidak sehat," ungkap dia.
Di kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, impor migas bakal berkurang sebesar US$ 3 miliar setiap tahunnya, jika pemerintah Joko Widodo menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi Rp 3.000 per liter.
"Yang pasti kalau BBM naik setiap Rp1.000 bisa menurunkan impor migas sebesar US$ 1 miliar selama satu tahun," ujar Perry. (Yas/Gdn)
Sumber : liputan6.com
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment