Menjelang akhir tahun ini, masyarakat kembali dihebohkan dengan peredaran uang palsu yang
terjadi di beberapa daerah. Menanggapi hal tersebut, Bank Indonesia
(BI) mengakui keberadaan uang palsu dalam nominal besar.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang BI, Lambok Antonius Siahaan mengaku telah merekap laporan peredaran uang palsu yang banyak terjadi di daerah.
"Kita merekap dan terus berkoordinasi erat dengan
kepolisian. Kita pelajari modusnya karena modusnya sejalan dengan
perkembangan teknologi," ungkap dia saat berbincang dengan wartawan usai
Peluncuran Buku Reformasi Pengelolaan Kas di Gedung Kementerian
Keuangan, Jakarta, Kamis (16/10/2014). Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang BI, Lambok Antonius Siahaan mengaku telah merekap laporan peredaran uang palsu yang banyak terjadi di daerah.
Lebih jauh Lambok menambahkan, dari data per Agustus 2014, uang palsu yang beredar di masyarakat sebanyak lima lembar per satu juta rupiah.
"Biasanya nominal yang paling banyak dipalsukan pecahan besar Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu. Memang masuk akal sih," sambungnya.
Dijelaskannya, peredaran uang palsu terjadi lantaran kebutuhan uang di masyarakai meningkat. Dia mengatakan, jumlah uang yang beredar saat ini sebanyak Rp 480 triliun.
"Tapi kebutuhan uang pernah melonjak sampai lebih dari Rp 500 triliun paska Lebaran. Dan beberapa tahun lalu jumlah uang palsunya pernah sampai 11 lembar per satu juta rupiah," tegas Lambok.
Sebelumnya, Kepolisian pernah menangkap pengedar uang palsu di Jawa Tengah dan beberapa daerah lainnya. Kata Lambok, Pulau Jawa merupakan daerah rawan peredaran uang palsu.
"Di Pulau Jawa memang banyak, karena orangnya juga banyak, kegiatan
transaksi dan jumlah kebutuhan uang paling banyak di sini," pungkas dia.
(Fik/Ndw)
Sumber :
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment